Teruntuk aku, ingat ya kata kita disini hanya kiasan agar tidak begitu menyakitkan.
Tolong jangan terlalu banyak berharap.
Aku tahu aku butuh. Tapi mungkin orang lain lebih layak untuk rasa ini.
Sejauh ini kita tanpa kata.
Kita diciptakan hanya untuk saling mengenal, tidak untuk memiliki.
Buku yang kita ciptakan sudah terlalu banyak.
Menurutku semua halamannya sudah penuh dengan warna.
Tapi dimatamu semua halaman sepertinya kosong, tanpa makna.
Aku sudah sejauh ini.
Tolong lihat aku sebentar saja.
Banyak yang ingin aku sampaikan.
Tapi tidak tentang rasa.
Aku ingin cerita banyak hal.
Salah satunya tentangmu.
Tentang kamu yang hadir dengan begitu dengan sempurna.
Lalu tumbuh dan jadi seseorang yang layak untuk dicintai orang lain.
Gapapa dunia tak bersinar ke arahku.
Setidaknya duniamu tidak sendu seperti aku.
Duniaku terlalu monokrom.
Warnaku sudah pudar sejak aku mengenalmu.
Aku kehilangan gaira untuk memiliki orang lain.
Aku benar-benar kehilangan itu.
Sejahat ini ya kita.
Kita hadir tanpa kata.
Tumbuh tanpa makna.
Dan semua yang menyakitkan harus tawar bersama senyuman palsu kita.
Aku harus pura pura tertawa setiap denganmu.
Agar aku tidak terlihat payah.
Karena keberanianku hanya menikmati senjamu dari bilik jendela.
Senja itu tidak layak untuk aku si pendiam ini.
Kita tanpa kata sudah cukup sakit.
Sekarang yang aku mau.
Tidak ada lagi kata kita.
Jalan masing-masing ya. Hati-hati.
Kapanpun kamu butuh pundak.
Aku masih ditempat yang sama.
Di rasa yang sama.
Dengan kepingan hati yang belum selesai terangkai sempurna.
Masih banyak yang runtuh dijalan.
Disetiap kenangan, bahkan disetiap pesan.
Misalnya pesan untuk selamat tidur.
Selamat malam. Juga selamat pagi.
Selamat malam untuk matahariku yang harus tidur sementara. Esok pagimu akan terang.
Terbanglah dengan senang.
Hari-harimu tidak pantas untuk merenung.
Kamu terlalu berwarna.
Tolong jaga itu ya.
Sekiranya tugasku sudah selesai tolong bilang ya.
Aku masih tahu kok gimana caranya berjalan mundur.
Jika mencintaimu sudah usai.
Izinkan aku menyimpanmu dalam diam.
Dalam sendirian.
Karena kata kataku yang arusnya untukmu, sudah kubingkai rapi dalam kenangan.
Sesekali aku rindu aku bisa melihatnya lagi.
Terimakasih untuk selamat pagiku yang selalu terbalas mengesankan.
Terimakasih untuk malamku yang isinya hanya tentang kamu dan rindumu.
Percayalah kamu akan indah.
Biar nanti aku cari sendiri bahagiaku.
Tidurlah, sepertinya kamu sudah terlalu lelah di kagumi banyak orang.
Salah satunya aku.
*Kita tanpa kata-Khoirul Trian, Kalianda,17-05-2020*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar