Kamis, 04 Februari 2021

TERHORMAT ATAU KEPARAT



Barangkali
Negeri ini lupa tetes hujan dipelipis mata perempuan kerja  siang malam

Barangkali
Pemimpin ini lupa, cucuran keringat disekujur jiwa  raga para kuli batu koral istana orang kaya

Barangkali
Aku juga lupa, bahwa tanah yang kupijak bukan negeri adinda dalam legenda para tiap-tiap daerah yang binasa dilahap penguasa

Kepada tuan-tuan yang terhormat 
Izinkan hari ini adinda menulis sajak, di bawah daun kering, 
di tengah hamparan tanah hasil kolaborasi tuan dan kebodohan yang di pelihara...

Tuan, 
Barangkali sajak ini tak setegar batu gedung perkantoran, atau nyanyian  ilalang yang di gusur gedung-gedung kesombongan
Maaf, jika sajak ku tak serumit proposal mentah para penimbun kekayaan

Sajak ku mudah kau terka, seperti isi kepala para dewan perwakilan rakyat, yang senang mengesahkan undang-undang tanpa pertimbangan
Diksi pun  mudah kau terima, seperti nyanyian mulut yang berbusa saat sidang paripurna
Rima ku alakadar saja, layakanya tuan-tuan duduk santai di meja bundar pemerintahan

Jangan menangis tuan,
Tiada guna air mata
Didepan tipu daya media
" Para hadirin...
Mari bersulang untuk perayaan dimalam kepemimpinan yang berbahagia "

Ha ha ha !!!!
Mabuk, ayo lahh, angkat cangkir mu lalu lemparkan tepat dikepala keparat.
Eh tidak maksudku yang terhormat,

Baiklah tuan, tolong dengarkan suara parau adinda
Apa ini yang kau sebut merdeka? 
Saat pengesahan undang- undang setan tak setimpal  dengan keringat rakyat yang membabi buta di ladang, di teras-teras pabrik perkotaan, atau rakyat kecil yang terpaksa meminta-minta, sebab lapangan kerja, kau buat rakyat tersiksa.

Tuan, kau ini terhormat atau memang keparat 
Kau buat undang-undang penuh sekat, seolah lapangan kerja ajang pembunuhan akal sehat...

Ha ha ha !
kami sepakat  memberi nobat keparat untuk mu yang terhormat

Tuan...
Tuan...
Tuan... 
Padamu negeri kau luput dari janji, di atas kitab suci kau bersumpah seolah sudah siap untuk mengabdi, namun nyatanya, rakyat kembali kau injak tanpa bisa berdiri...

Untukmu dewan Pemusnah Rakyat.


Dekap diksi
Jakarta, 06 Oktober 2020

Tidak ada komentar:

Amplifikasi Konspirasi: Nada-Nada Korupsi

   Karya : Selena Di negeri ini, bayangan kelam membentang, Di balik senyuman, ada air mata yang tenggelam. Korupsi merajalela, ibarat hantu...