Kamis, 04 Februari 2021

IMITASI

Tak jemu aku berpangku rindu
Menanti semesta untuk sudi berpihak padaku
Tak ada siapapun di sisiku
Tak ada tangan yang mengulur padaku.
Biarlah begitu 
Biarlah seperti itu
Biarkan dunia melupakan ku
atau biarkan saja aku terasing dan membeku dalam keangkuhan waktu yang tak pernah mau untuk menunggu.

Aku bertanya pada masa lalu,
Aku menggali makna pada rindu yang tak tahu malu,
aku menggadaikan separuh nyawaku hanya untuk mendengar jawab tentang dimana letak salahku,
Atau tentang mengapa semua orang abai meninggalkanku
Lidah orang-orang semakin tajam,
Peduli mereka semakin hilang seolah terbenam.
Mereka bertanya lukaku seberapa dalam,
Namun aku tak melihat ada satupun hati yang datang memberi genggam.
Tidakkah mereka tahu aku juga manusia?
Tidakkah mereka paham bahwa aku juga bisa terluka?
Tapi mengapa aku diperlakukan berbeda?
Mengapa aku diperlakukan seolah aku memiliki sembilan nyawa?
Aku memudar;
Amigdala ku kian mengakar;
Kekecewaan seolah menjadi latar,
Berbinar-binar dalam kisah hidupku yang selalu bertopengkan tegar.

Sejauh mana aku akan diasingkan?
Seberapa lantang aku harus meminta bantuan?
Banyak hal yang awalnya ku beri kepercayaan, namun akhirnya berbalik menghadiahi ku sebuah kehancuran.
Ingatkah hari dimana diri ini kau puji?
Ingatkah waktu di mana hati ini kau yakini?
ingatkah saat di mana kau kehilangan kendali dan tidak memiliki siapapun lagi untuk bisa dihubungi?
Aku yang tidak pernah pergi.
Ingatkah saat aku terpuruk seorang diri?
Ingatkah saat hatiku remuk tertikam berbagai tragedi?
ingatkah saat semesta menguji dan membuatku kehilangan arah untuk melanjutkan hidup ini?
Tak ada satupun yang tidak pergi.
Keadilan seolah bukanlah hakku;
Peduli manusia seolah tak pernah pantas bagiku.
Aku seolah sesosok makhluk baru:
Yang entah dimana tempatku atau ke mana aku harus menuju.

Orang bijak berkata, "jika mereka mencintai, mereka akan kembali"
Tapi aku akan berkata,
"Jika mereka mencintai,...
...mereka takkan pernah pergi."

Disudut dunia, aku mulai tidak tertarik untuk menjadi manusia.
Ragam percaya seolah hanya akan menjadi lain kecewa;
Ragam cinta salah hanya akan menjadi goresan tinta;
Terlalu banyak sandiwara yang bertabur di wajah Maya,namun tak pernah bisa dan sanggup untuk membangun apa-apa.

Kini, keterasingan menjadi pilihanku;
Kesunyian menjadi sahabatku;
Kesedihan adalah bahan bakar utama aku,
Untuk menyulap sendu,
Menjadi sebuah prasasti ku.
Aku tidak peduli bagaimana masa lalu akan membentuk ku;
Aku tidak peduli bagaimana masa depan akan mempercandaiku;
Selama Tuhan bertahta teguh di dalam hatiku,
Kebangkitan tentang siapa sebenarnya aku?
Hanyalah tinggal masalah waktu.


karya zhafir Khairan Akalanka

Tidak ada komentar:

Amplifikasi Konspirasi: Nada-Nada Korupsi

   Karya : Selena Di negeri ini, bayangan kelam membentang, Di balik senyuman, ada air mata yang tenggelam. Korupsi merajalela, ibarat hantu...