Senin, 04 Agustus 2025

KETIKA PEJABAT MENDADAK JADI PENYAIR


‎Bekasi, 23 Juli 2017

‎Norman Adi Satria

‎Seorang pejabat tiba-tiba

‎membacakan puisi karangannya sendiri di panggung itu

‎meniru gaya Rendra yang menderu-deru

‎senyinyir Wiji Thukul ketika berlagu

‎seintelektual Goenawan Mohamad

‎semisterius Sapardi Djoko Damono

‎sealim Taufik Ismail dan Gus Mus

‎sedendam Pramoedya Ananta Toer.

‎Pejabat itu mengutuksumpahi pejabat

‎yang korup, kolusi, dan nepotis

‎yang di tangannya rakyat bagaikan jari manis

‎yang meskipun manis, namun sama sekali

‎tak pernah dilibatkan dalam pingsut:

‎hanya jempol sebagai gajah

‎telunjuk sebagai orang

‎dan kelingking sebagai semut.

‎Rakyat hanya terlibat dalam hompimpa

‎yang usai alaium gambreng seketika dilupa.

‎Dengan puisi itu ia seolah ingin bilang

‎bahwa dirinya adalah perwujudan dari sajak Chairil Anwar:

‎aku ini binatang jalang lho

‎dari kumpulannya terbuang

‎sudah gitu mampus lagi dikoyak-koyak sepi.

‎Usai membacakannya dengan berkaca-kaca

‎dan nyaris serak lantaran teriak-teriak

‎hadirin berdiri sambil berdecak

‎Ketika pulang, satu per satu datang

‎menyalaminya dengan berucap:

‎pengakuan dosanya bagus juga, Pak.

‎Dengan tergagap ia menjawab:

‎itu bukan pengakuan dosa

‎saya sedang menyindir kawan-kawan saya.

‎Salah seorang kawan pejabat yang mendengarnya segera menyela:

‎selamat ya, Brur, Anda menorehkan sejarah baru dalam khazanah sastra

‎akhirnya ada juga penyair yang munafik, korup, kolusi, dan nepotis

‎saya kira dulu penyair hanya bisa romantis dan melankolis.

‎Dan setahu saya

‎puisi memang air jernih yang menyejukkan

‎puisi bukan air kobokan untuk mencuci tangan.

‎Pejabat lainnya berbisik di telinganya:

‎binatang jalang nih yeeee…………..!!!!!!!!!!

Tidak ada komentar:

KETIKA PEJABAT MENDADAK JADI PENYAIR

‎Bekasi, 23 Juli 2017 ‎Norman Adi Satria ‎ ‎Seorang pejabat tiba-tiba ‎membacakan puisi karangannya sendiri di panggung itu ‎meniru gaya Ren...