Kamis, 31 Oktober 2024

IRONIS MEMUJI SENYUM DISKUSI DI NEGARA INI

 

Oleh: Mata Langit


Sebuah degup yang dalam menjadi liar pada permukaan

Jemari bergerak tak terkontrol

Jauh kota kemudian di tinggalkan demi pengharapan diri atas kehidupan yang lebih baik-baik saja


Entah untuk purnama yang ke berapa kalinya

Rindu seperti menghujam untuk secepatnya kembali menemui apa yang sudah di tinggalkan di kampung halaman

Cerita dan berbagai kisah yang banyak mempengaruhi pertumbuhan diri

Tidak akan ada tuntutan untuk pemerintah maupun untuk negara


Buat apa membuang waktu untuk menuntut pada hal yang sebenarnya tidak mungkin bisa mendengarkan suara minor yang datang dari strata terbawah

Lagi pula, jangan lupa bahwa kehidupan adalah berupaya untuk sebisa mungkin untuk menjadi mandiri

Jika saja ingin menggantungkan harapan, maka bergantungan pada sang pemilik segala hal yakni Tuhan yang Maha Esa

Jangan pada sesuatu yang pada dasarnya mereka hanya sibuk untuk menjaga elektabilitas, eksistensi, kekuasaannya sendiri


Dengan menjadikan berbagai cara sebagai upaya mendapatkan hal itu

Meski kemudian demokrasi di kebiri dan ajaran-jaran juga nilai-nilai agama serta kemanusiaan di jual belikan

Berbicara politik memang tidak jauh dari realitas atas drama kehidupan

Fiksi politikus begitu nyata, meski kadang mereka samarkan sendiri pada keluguan masyarakat


Dan itu membingungkan sekaligus rumit

Bahkan diksi serta fiksi mereka mampu mengalahkan pujangga

Mari tinggalkan sejenak tentang mereka

Mari kita berdansa pada kesunyian panjang yang ditawarkan kerinduan ini


Tentang pertemuan-pertemuan berharga bersama para pecinta

Di suguhkan dengan panorama realita kehidupan

Mari bangun diskusi yang lebih hikmat lagi

Hingga kita lupa bahwa kita telah kembali ke rumah dan kampung halaman dengan sendirinya


Masih tentang pahit kopi

Masih tentang pekat warna hitamnya

Dan cerita si dungu yang senantiasa menertawakan pejabat-pejabat negara

Katanya, mereka sibuk untuk kemudian mengumpulkan pundi-pundi rupiah sedangkan ketika mati kelak, hanya ada kain kafan yang membalut tubuhnya, hartanya tertinggal menjadi rebutan keturunannya


Dan juga kekuasaan mereka, jika mereka berkhianat pada rakyat dengan satu kebijakan

Maka dalam keabadian mereka akan menanggung akibatnya

Kebijakan itu akan berlangsung selama bertahun-tahun bahkan berabad-abad dan mereka harus mempertanggung jawabkan kelak

Karena, entah berapa jiwa yang akan merasa di tekan dan sulit atas kebijakan itu


Ironis memang untuk membicarakan itu

Tapi mungkin akan lebih ringan kelak pertanggugjawabannya, karena ada si gila yang merasa terhibur

Bukankah menyenangkan hati orang lain memiliki ganjaran kebaikan yang tinggi dan banyak

Mungkin saja demikian, entahlah kopi masih terasa pahitnya dan untuk uang pembeli gula belum ada juga


Selamat pagi dunia

Semangat pagi para pujangga

Selamat berpesta para pecinta

Hidangkan lah yang terbaik untuk setiap kesempatan yang ada


Mungkin kelak pertemuan romansa akan menjadi khusyuk yang panjangnya

Semoga terkabul segala doa kebaikan

Menjamu senyum dari kekasih tercinta


Kediri, 22 Januari 2023

Tidak ada komentar:

Amplifikasi Konspirasi: Nada-Nada Korupsi

   Karya : Selena Di negeri ini, bayangan kelam membentang, Di balik senyuman, ada air mata yang tenggelam. Korupsi merajalela, ibarat hantu...