Kamis, 15 Mei 2025

Amplifikasi Konspirasi: Nada-Nada Korupsi

  

Karya : Selena


Di negeri ini, bayangan kelam membentang,

Di balik senyuman, ada air mata yang tenggelam.

Korupsi merajalela, ibarat hantu yang menghantui,

Rakyat menderita, sementara elite berpesta pora di sana sini.


Janji-janji manis mengalir dari mulut berpolitis,

Dengan lidah bercabang, mereka menjanjikan surga.

Namun, di balik layar, harta diraup tanpa batas,

Sementara kita, di sini, terus terjebak dalam duka.


Ruang sidang megah, penuh tawa dan canda,

Di sana, para koruptor bersatu dalam rencana.

Mereka bercerita tentang pembangunan dan kemajuan,

Sementara rakyat menunggu, dalam kegelapan tanpa hara


Pembangunan sekolah yang tak kunjung usai

Sedangkan guru guru hanya bisa meratapi nasib

Anak-anak yang bermain di jalanan, tak kenal cita-cita.

Di mana janji pendidikan yang pernah kalian ucapkan?

Di mana janji upah buruh yang rela bekerja demi keluarganya? 

(Tertawa) Hanya debu dan mimpi, yang terbang di angkasa.


Hei para pejabat tinggi

Kau pergunakan mulut busuk manismu itu!! 

Saat sudah kau duduk di kursi megah, apakah kau mendengarkan suara rakyatmu? 

Atau telingamu tertutup dengan baja baja yang ada di gedung MPR DAN DPR? 


Dari gedung-gedung megah, kalian melirik sinis,

Melihat rakyat yang berjuang dalam kesulitan, penuh resah.

Namun, bagi mereka, semua hanyalah angka dan grafik,

Kehidupan kita, sekadar statistik dalam laporan yang penuh dusta.


Coba kita tengok, di sudut-sudut jalan,

Ibu-ibu menjajakan harapan, di tengah kepingan kehidupan.

Anak-anak yang berlari, tanpa sepatu yang layak,

Sementara para pemimpin, tak merasa bersalah!! 


Negara apa ini? 

Hukum bisa dibeli 

Polisi bisa bunuh polisi

Aparat bisa mengahakimi rakyat jelata


NEGRI YANG LAKNAT!!! 


Korupsi bukan hanya soal uang dan harta,

Ini tentang masa depan negara, yang dicuri tanpa rasa.

Satu persatu, mimpi-mimpi raykat dirampas,

Dalam kebisuan, rakyat bertanya, kapan semua ini akan berakhir?


Sebuah negeri yang katanya indah dimata dunia

Tapi menjadi negri uang penuh momok bagi bangsa sendiri

Yang kaya dan yang miskin, terpisah oleh dinding besi.

Kami, rakyat yang lelah, berteriak dalam sunyi,

Mengapa keadilan seakan menjadi mimpi yang tak berujung?


Kepala-kepala dingin, berangkat ke kursi kekuasaan,

Dengan janji-janji manis, membuat kita terpesona.

Namun, ketika gelap menyelimuti malam,

Siapakah yang peduli pada suara-suara kami yang terabaikan?


Mahasiswa mengeluarkan suara rakyat

Tapi apa dari kalian??hei katanya wakil rakyat!! 

Banyak anggotamu yang merampas uang rakyat hingga triliunan

Rakyat yang sudah lelah dengan kebohongan kebohongan belaka 


Sampai kapan ini selesai? 

Banyak golongan golongan yang tak bertanggung jawab

Konspirasi sana sini tentang berita sana sini demi mencari keuntungan!! 


Gas dipersulit, minyak goreng dipersulit, bahan pokok dinaikkan

Dan sekarang? Apa lagi? 

Pertamax dioplos dengan pertalite

Lalu apa lagi yang harus rakyat terima? Hanya menerima apa yang sudah kalian perbuat? Ha?? 


Tidak!! Cukup!! 

Kami rakyat jelata tidak ingin lagi menjadi rakyat bodoh yang gampang dikibuli oleh kalian para para laknat yang katanya pejabat negara


Tidak!! Cukup!! 

Kami lelah dengan berita berita bodoh yang dimana banyak cerita pejabat A, pejabat B, pejabat C mengambil uang rakyat jelata seperti kami ini!! 


Kami rakyat Indonesia melawan kalian demi bangsa ini 

Kami rakyat Indonesia melawan kalian tikus tikus berdasi 

Kami rakyat Indonesia melawan kalian manusia manusia munafik 


Hei rakyat Indonesia!!

Mari kita lawan mereka, dengan pena dan kata,

Dari puisi ini, mari kita bangkit bersama.

Karena di ujung jalan, harapan tetap ada,

Meski pencuri munafik merajalela, semangat takkan padam, selamanya.


Jakarta 1 Maret 2025

Coretan selena 


Terinspitasi tentang korupsi pertamina yang menghebohkan rakyat Indonesia

Tidak ada komentar:

Amplifikasi Konspirasi: Nada-Nada Korupsi

   Karya : Selena Di negeri ini, bayangan kelam membentang, Di balik senyuman, ada air mata yang tenggelam. Korupsi merajalela, ibarat hantu...