Kamis, 15 Mei 2025

Amplifikasi Konspirasi: Nada-Nada Korupsi

  

Karya : Selena


Di negeri ini, bayangan kelam membentang,

Di balik senyuman, ada air mata yang tenggelam.

Korupsi merajalela, ibarat hantu yang menghantui,

Rakyat menderita, sementara elite berpesta pora di sana sini.


Janji-janji manis mengalir dari mulut berpolitis,

Dengan lidah bercabang, mereka menjanjikan surga.

Namun, di balik layar, harta diraup tanpa batas,

Sementara kita, di sini, terus terjebak dalam duka.


Ruang sidang megah, penuh tawa dan canda,

Di sana, para koruptor bersatu dalam rencana.

Mereka bercerita tentang pembangunan dan kemajuan,

Sementara rakyat menunggu, dalam kegelapan tanpa hara


Pembangunan sekolah yang tak kunjung usai

Sedangkan guru guru hanya bisa meratapi nasib

Anak-anak yang bermain di jalanan, tak kenal cita-cita.

Di mana janji pendidikan yang pernah kalian ucapkan?

Di mana janji upah buruh yang rela bekerja demi keluarganya? 

(Tertawa) Hanya debu dan mimpi, yang terbang di angkasa.


Hei para pejabat tinggi

Kau pergunakan mulut busuk manismu itu!! 

Saat sudah kau duduk di kursi megah, apakah kau mendengarkan suara rakyatmu? 

Atau telingamu tertutup dengan baja baja yang ada di gedung MPR DAN DPR? 


Dari gedung-gedung megah, kalian melirik sinis,

Melihat rakyat yang berjuang dalam kesulitan, penuh resah.

Namun, bagi mereka, semua hanyalah angka dan grafik,

Kehidupan kita, sekadar statistik dalam laporan yang penuh dusta.


Coba kita tengok, di sudut-sudut jalan,

Ibu-ibu menjajakan harapan, di tengah kepingan kehidupan.

Anak-anak yang berlari, tanpa sepatu yang layak,

Sementara para pemimpin, tak merasa bersalah!! 


Negara apa ini? 

Hukum bisa dibeli 

Polisi bisa bunuh polisi

Aparat bisa mengahakimi rakyat jelata


NEGRI YANG LAKNAT!!! 


Korupsi bukan hanya soal uang dan harta,

Ini tentang masa depan negara, yang dicuri tanpa rasa.

Satu persatu, mimpi-mimpi raykat dirampas,

Dalam kebisuan, rakyat bertanya, kapan semua ini akan berakhir?


Sebuah negeri yang katanya indah dimata dunia

Tapi menjadi negri uang penuh momok bagi bangsa sendiri

Yang kaya dan yang miskin, terpisah oleh dinding besi.

Kami, rakyat yang lelah, berteriak dalam sunyi,

Mengapa keadilan seakan menjadi mimpi yang tak berujung?


Kepala-kepala dingin, berangkat ke kursi kekuasaan,

Dengan janji-janji manis, membuat kita terpesona.

Namun, ketika gelap menyelimuti malam,

Siapakah yang peduli pada suara-suara kami yang terabaikan?


Mahasiswa mengeluarkan suara rakyat

Tapi apa dari kalian??hei katanya wakil rakyat!! 

Banyak anggotamu yang merampas uang rakyat hingga triliunan

Rakyat yang sudah lelah dengan kebohongan kebohongan belaka 


Sampai kapan ini selesai? 

Banyak golongan golongan yang tak bertanggung jawab

Konspirasi sana sini tentang berita sana sini demi mencari keuntungan!! 


Gas dipersulit, minyak goreng dipersulit, bahan pokok dinaikkan

Dan sekarang? Apa lagi? 

Pertamax dioplos dengan pertalite

Lalu apa lagi yang harus rakyat terima? Hanya menerima apa yang sudah kalian perbuat? Ha?? 


Tidak!! Cukup!! 

Kami rakyat jelata tidak ingin lagi menjadi rakyat bodoh yang gampang dikibuli oleh kalian para para laknat yang katanya pejabat negara


Tidak!! Cukup!! 

Kami lelah dengan berita berita bodoh yang dimana banyak cerita pejabat A, pejabat B, pejabat C mengambil uang rakyat jelata seperti kami ini!! 


Kami rakyat Indonesia melawan kalian demi bangsa ini 

Kami rakyat Indonesia melawan kalian tikus tikus berdasi 

Kami rakyat Indonesia melawan kalian manusia manusia munafik 


Hei rakyat Indonesia!!

Mari kita lawan mereka, dengan pena dan kata,

Dari puisi ini, mari kita bangkit bersama.

Karena di ujung jalan, harapan tetap ada,

Meski pencuri munafik merajalela, semangat takkan padam, selamanya.


Jakarta 1 Maret 2025

Coretan selena 


Terinspitasi tentang korupsi pertamina yang menghebohkan rakyat Indonesia

Kamis, 31 Oktober 2024

IRONIS MEMUJI SENYUM DISKUSI DI NEGARA INI

 

Oleh: Mata Langit


Sebuah degup yang dalam menjadi liar pada permukaan

Jemari bergerak tak terkontrol

Jauh kota kemudian di tinggalkan demi pengharapan diri atas kehidupan yang lebih baik-baik saja


Entah untuk purnama yang ke berapa kalinya

Rindu seperti menghujam untuk secepatnya kembali menemui apa yang sudah di tinggalkan di kampung halaman

Cerita dan berbagai kisah yang banyak mempengaruhi pertumbuhan diri

Tidak akan ada tuntutan untuk pemerintah maupun untuk negara


Buat apa membuang waktu untuk menuntut pada hal yang sebenarnya tidak mungkin bisa mendengarkan suara minor yang datang dari strata terbawah

Lagi pula, jangan lupa bahwa kehidupan adalah berupaya untuk sebisa mungkin untuk menjadi mandiri

Jika saja ingin menggantungkan harapan, maka bergantungan pada sang pemilik segala hal yakni Tuhan yang Maha Esa

Jangan pada sesuatu yang pada dasarnya mereka hanya sibuk untuk menjaga elektabilitas, eksistensi, kekuasaannya sendiri


Dengan menjadikan berbagai cara sebagai upaya mendapatkan hal itu

Meski kemudian demokrasi di kebiri dan ajaran-jaran juga nilai-nilai agama serta kemanusiaan di jual belikan

Berbicara politik memang tidak jauh dari realitas atas drama kehidupan

Fiksi politikus begitu nyata, meski kadang mereka samarkan sendiri pada keluguan masyarakat


Dan itu membingungkan sekaligus rumit

Bahkan diksi serta fiksi mereka mampu mengalahkan pujangga

Mari tinggalkan sejenak tentang mereka

Mari kita berdansa pada kesunyian panjang yang ditawarkan kerinduan ini


Tentang pertemuan-pertemuan berharga bersama para pecinta

Di suguhkan dengan panorama realita kehidupan

Mari bangun diskusi yang lebih hikmat lagi

Hingga kita lupa bahwa kita telah kembali ke rumah dan kampung halaman dengan sendirinya


Masih tentang pahit kopi

Masih tentang pekat warna hitamnya

Dan cerita si dungu yang senantiasa menertawakan pejabat-pejabat negara

Katanya, mereka sibuk untuk kemudian mengumpulkan pundi-pundi rupiah sedangkan ketika mati kelak, hanya ada kain kafan yang membalut tubuhnya, hartanya tertinggal menjadi rebutan keturunannya


Dan juga kekuasaan mereka, jika mereka berkhianat pada rakyat dengan satu kebijakan

Maka dalam keabadian mereka akan menanggung akibatnya

Kebijakan itu akan berlangsung selama bertahun-tahun bahkan berabad-abad dan mereka harus mempertanggung jawabkan kelak

Karena, entah berapa jiwa yang akan merasa di tekan dan sulit atas kebijakan itu


Ironis memang untuk membicarakan itu

Tapi mungkin akan lebih ringan kelak pertanggugjawabannya, karena ada si gila yang merasa terhibur

Bukankah menyenangkan hati orang lain memiliki ganjaran kebaikan yang tinggi dan banyak

Mungkin saja demikian, entahlah kopi masih terasa pahitnya dan untuk uang pembeli gula belum ada juga


Selamat pagi dunia

Semangat pagi para pujangga

Selamat berpesta para pecinta

Hidangkan lah yang terbaik untuk setiap kesempatan yang ada


Mungkin kelak pertemuan romansa akan menjadi khusyuk yang panjangnya

Semoga terkabul segala doa kebaikan

Menjamu senyum dari kekasih tercinta


Kediri, 22 Januari 2023

Jumat, 18 Oktober 2024

Sejak Jejak Berjarak



Dari balik telapak kaki

pernah ku jejali jejak yang pilu,

membekas yang terus menerus mengikutiku

telah ku tinggal namun selalu ada yg menghampiri. 

jejak jejak usang yang kotor entah ke arah mana ia menghadap

kau yang memberi bekas itu bertelanjang tak berpenghalang. 

Saat dekat tak Terasa hangat bahkan dingin didapat.

telah mati kah

telah mati kah

atau sedang terbujur kaku sekarat yang menanti nya. 

tidak sedikit dan tidak banyak telah ku injak injak egoku hanya untuk seutas kebahagian kecilmu. 

Ternyata titian pijakanku berada 1 inchi diatas segala perhatian sekitar ku

ku telah buta, sudah tuli

Hanya menuruti hasrat kata hati 

Tanpa pernah perduli perkataan logika

Sering kali kini langkahku berpijak mengarah ke beranda rumahmu, 

menelusuri bekas jejak kotor yang kelam. 

Luka sayatan batu kerikil ini terbuka menganga, kau datang seakan ingin mengobati, tapi naas, kau taburkan garam, membuatku menjerit kesakitan kau beri rasa perih teramat pedih. 

Setelah itu, kau menjauhiku tanpa menoleh sekalipun kearah ku. 

Apa yang kau perbuat? 

Apa yang telah terjadi? 

Sekali lagi kau membuat luka dalam lukaku tanpa berkesudahan. 

Membuat setiap langkah majuku semakin dekat, lebih sakit,menderita, lebih lebih dari sebelumnya.

Tak ingin lagi kukuliti telapak kaki ku dengan sayatan batu kerikil yang sengaja kau taburkan di setiap sela jejak usangku, tak pernah memudar, menghilang bahkan tertutup oleh bayang bayang yang kau harap menjadi masa depan mu. 

Walau kini banyak yang menitah meniti langkah ku, tetap saja aku masih tertatih tatih. Sejak jejak langkah berharap kian meberi jarak, pandangan yang mengharap harap kini kabur tak berarak

Jauh

Jauhh

Menjauhhh

Kian menjauhhh..



Ocong uning

Jakarta, 16 juni 2022

Mode Hijabers Lugu

 

Mr. Sita


ada sebagian wanita termaktub dan termasyhur, 

di jendela indah beranda kalamku

berupaya mengikat erat batin dan akal warasku

yang setapak janji itu—ingin kusemaikan

inai suci pada jemari mungil takdir akhirku


tetapi sayang—penuh sayang...

ia lalai menjalankan tugasnya

nyatanya... 

pesona yang kurawat dengan tulus dan suci

berbuah pahit hingga melontarkan caci maki


entah dengan siapa lagi ia bermuara,

menceritakan tubuhnya lalu menikmati setiap lakon

yang ia pertontonkan pada setiap musafir dosa

ia hadirkan benih kasih selain aku,

ia jajalkan dawai suara penyentuh jiwa

dari setiap fakir perhatian yang kesepian


lalu, siapakah aku untukmu?

juang seperti apa yang belum tuntas kupersembahkan bagimu?

ketika harapan yang kusulam dan kutata dengan sungguh

nyatanya hanya tepi dusta yang berujung luka-luka


"sesungguhnya tipu daya (godaan) wanita itu sangat dahsyat."

"lalu, wanita seperti apa lagi yang seharusnya kupercayai?"


sedang jubah dan syar'i; ia ketahui

topeng kebohongan mengatasnamakan; perbaikan diri

tarekat suci, dijajal sebagai siasat jitu; penggoda yang luar biasa

sedang jalan yang seharusnya ia tuju—

ialah sepasang kaki dari deretan dosa yang ia papah menuju surga


barangkali, ia takkan mungkin mengakui sejahat apa dirinya

seharusnya, ia tahu—

bahwa kemunafikan itu, telah menyerap

pada erat nadi sampai ke ujung pangkal arteri


ingatlah, nona!

kau takkan pernah mampu—bahkan mendekati 

sosok bidadari dari surga; dengan kelakuanmu 

jika firman-firman yang kau tuangkan itu

kau serap lewat akalmu, tetapi tak pernah berefek pada hati dan batinmu


ketahuilah, nona!

kau akan merasakan, bagaimana bangkai-bangkai

itu, akan kau cicipi; lewat selangkangan indah

di akhir penghakimanmu


Karawang, 12 Juni 2023

Si Paling Jago


Mr. Sita


Wah!

Dimulai kembali drama indah malam ini

Perutku terasa mual; tertawa

Kepala ku sakit; entah mau dibawa ke mana

Logikaku buntung olehmu

Dari dulu udara terkontaminasi lewat bibirmu

Dan terciumlah bau kebodohan di mana-mana


Dialektika yang masih secuil terasa menggunung berkobar api

Terhunus kata berujung dengki

Ah sialan! 

Tidak seperti itu seharusnya


Wahai tuan dan puan yang budiman!

Bodoh tak terajari, pintar tak terikuti

Congor-congor keluar di bawah perut,

yang menjuntai lalu berdiri cari birahi

Hilang kata hilang makna,

berspekulasi teori-teori ke sana ke kemari,

telanjur dungu setengah mati


Memperlihatkan kebobrokan yang luar biasa

Dan tercetuslah sang pendebat dan penyair dewa dunia maya

Susatra dijual untuk nafsu

Suara desah napas kian terengah

Dan lahirlah ... penyair-penyair vagina

berbau anyir mengatasnamakan literasi media

kekacauan mental


"tolol ya tolol, goblok gak ketulungan emang gitu!"


Sok paling keren, sok paling hebat, sok paling terkenal, 

sok paling bener, sok paling berkuasa 

di antara orang-orang awam yang sedang mencari kebenaran 


Awas jatuh 'Cok!'

dikasih paham malah ngeyel,

kita diam—malah belagu


Ah sudahlah, otaknya ada tapi sulit digunakan

mending tertawa melihat kekonyolanmu

yang dibahas hanya itu-itu saja,

teorinya berasaskan 'katanya' ini 'katanya' itu


"tolot ya tolol, goblok ya goblok!"


"Dasar masalahnya di sana ... adalah dungu gak ketulungan!"


Bandung, 21 Mei 2023

Hari Untukmu Sudah Usai

 

Khoirul Trian



Tenang, hari dimana aku mencarimu telah berakhir 

Lengkap dengan tidak adanya lagi kabar dariku. Aku rasa, sedih tentangmu sudah terlalu banyak. Mengenangmu sudah lewat batas dan merelakanmu akan aku coba. 


Pelan-pelan aku bisa jalan sendirian, tak perlu repot menemaniku menyebrang jalan lagi karena perjalanan kita sudah usai. Sudah saatnya kita untuk sama-sama balik, Sama-sama untuk merayakan selamat tinggal yang dulu selalu kita takuti. 


Hari dimana aku menunggu sudah usai, silahkan lanjutkan pergimu dengan tenang. Dan biarkan penantianku ini sia-sia. Tidak perlu khawatir, karena tidak ada yang perlu ditakutkan. 


Kalau dulu ketakutan terbesarku adalah kehilanganmu, sekarang aku hanya harus terbiasa tanpamu. Bernafas sendirian tanpa kamu, mengalahkan hari-hari sunyi yang kedepannya akan jadi hari-hari sepi. 


Hari dimana aku menanyakan kabar, sudah selesai. Semoga kabarmu selalu baik yah, agar aku tidak perlu repot-repot lagi bertanya setiap hari. Setiap pagimu akan jadi lebih baik tanpa aku. Dan setiap malammu akan penuh mimpi saat aku pergi. 


Terima kasih yah, sudah pernah jadi story terindahku, yang pernah aku pajang 24 jam, sudah pernah jadi teman di foto profilku, yang sempat jadi bagian penting dari sejarah hidupku. 


Sekarang, kamu akan tinggal didalam arsip, kapan pun aku rindu, aku bisa liatnya tanpa kamu tahu, sayangnya nanti rinduku tidak akan aku beri tahu, takut malah jadi beban kamu. 


Dan, akhirnya hari-hari indah kita ternyata sudah selesai. Menemanimu di perjalanan pulang, pernah jadi waktu favoritku, bahkan cerita-cerita sebelum tidur, pernah jadi moment telfonan yang selalu aku tunggu. 


Kita itu indah, tapi sayang, indahnya kita hanya untuk dikenang. Sesekali kita akan rindu satu sama lain, tentunya dengan rasa yang berbeda. Rasa yang tidak lagi berhak untuk dibalas, juga harap yang tidak perlu untuk diaminkan. 


Kalau dulu aku selalu berharap kita selamanya, sekarang harapanku berbeda. semoga kamu, akan bahagia dengan siapapun yang bisa memberikanmu bahagia. 


Dan meski hari untukmu sudah selesai, tapi peduli untukmu tidak akan pernah berhenti. Hanya saja kita disekat, aku denganku dan kamu dengan dirimu. 


Pesanku, jangan tidur terlalu larut lagi yah, jangan lupa sarapan setiap pagi. Melalui pesan suara ini, aku ingin mengingatkanmu terakhir kali, jangan lupa jadi diri sendiri.

Menyelesaikan mati rasa

 

Khoirul Triann



Aku selalu takut kehilangan seseorang, tapi aku belum pernah dengar seseorang takut kehilangan aku, jadi akhirnya aku yang pergi.

Tenang, aku nggak bakal ganggu kamu lagi

Akan aku selesaikan mati rasa ini, sampai akhirnya aku bertemu dengan seseorang yang sama-sama takut kehilangan

Akan aku sembuhkan sendiri, sampai nanti bertemu dengan yang setara cara mencintainya

Yang bisa saling mendengarkan satu sama lain

Yang ceritaku tidak dianggap omong kosong lagi

Yang aku juga bisa tahu, semua yang dia rasakan

Tentang hari ini apa yang sudah selesai

Dan apa-apa yang sedang ingin diselesaikan


Aku ingin menjadi pendengar yang baik

Sebab dulu ceritaku tidak didengarkan dengan baik

Dulu aku pernah excited sendirian 

Dan itu rasanya capek banget

Jadi semoga nanti— bisa bertemu dengan yang sama-sama ingin

Biar excitednya setara dan tidak saling mengejar lagi tapi saling mengupayakan

Maka akan kuselesaikan dan kusembuhkan sendiri semua luka yang pernah ada

Sampai nanti tidak lagi ada sisa dan mendengar namamu sudah biasa saja


Walau sembuh rasanya masih jauh 

Tapi dari kamu, aku belajar banyak

Perihal bagaimana caranya menghargai apa yang kita punya

Karena dulu, kita nggak pernah cukup

Aku selalu jadi yang paling lebih

Sedang di matamu, lebih yang aku maksud nggak pernah cukup juga 'kan?

Sampai akhirnya kita nyerah

Milih buat sama-sama selesai di tengah debat panjang yang tidak ada titik temunya

Dan setelah selesai, kamu juga kayak biasa saja

Jadi nampaknya aku berlebihan, kalau sampai hari ini aku masih belum bisa relain kamu


Dan aku janji, akan menyelesaikanmu sampai habis

Sampai kata " kita " beneran nggak ada maknanya lagi

Dan semua tentangmu terhapuskan, lengkap dengan semua baik-buruknya

Toh tetap saja di akhir cerita, aku 'kan yang jahat?

Sampai aku sendiri udah nggak ada energi untuk menjelaskan tentang benarku

Kamu bisa ya selupa itu, kenapa aku nggak bisa?

Harusnya aku bisa juga 'kan?


Kamu nggak pernah mau tahu, gimana habis-habisannya aku untuk sekadar menghapus satu nama dari hidupku

Semuanya sulit, tapi aku selesaikan sendiri

Semua rumit, tapi kamu nggak pernah mau tahu

Nggak apa-apa, setidaknya salah satu di antara kita— akhirnya ada yang bahagia

Walaupun itu cuma kamu

Dan aku masih baik-baik saja, jadi tidak perlu kamu khawatirkan juga

Sekarang apalagi yang harus aku upayakan kalau bukan tenang

Dan percaya bahwa kemaren kita itu salah

Nggak seharusnya aku serepot ini berjuangnya


Entahlah, sampai akhirnya aku mati rasa sendirian

Aku nggak bisa nyalahin siapa-siapa lagi

Sepertinya memang aku yang salah orang

Harusnya bukan denganmu

Harusnya nggak sama kamu

Kamu sekarang sudah punya dia yang baru

Dan kalau sekarang kamu bertanya " kenapa aku tidak bisa sepertimu? "

Kamu salah, dia yang baru versi aku berbeda

Bukan dengan siapa kulampiaskan mati rasaku

Tapi dengan siapa versi terbaikku akan berlabuh

Dia yang baru buatku, akan jauh lebih baik darimu



Kalianda, 19 April 2024

Tentang Ikhlas Yang Tidak Pernah Sempurna


Karya Khoirul Triann



Pada bagian terdalam kehilangan, ada satu cerita yang tidak selesai untuk dikenang

Tentang merelakan yang bohong, juga tentang ikhlas yang tidak pernah sempurna

Kasih, namamu hadir terlalu akrab, sampai-sampai aku bingung dengan siapa sebenarnya nanti aku bicara

Ragamu memang sudah pergi, tapi setiap namamu terdengar semua memori tentangmu kembali lagi bertamu

Andai saja kamu tahu, sedalam iniloh lukanya dari kepergianmu yang sederhana itu, ternyata menyisakan bekas luka yang susah hilang

Susah payah aku bangun sendirian

Susah payah aku coba buat berdiri lagi

Patahnya memang dengan satu orang, tapi mati rasanya kepada semua orang


Seandainya dunia bertanya sekalipun, apa mauku?

Hanya namamu yang akan keluar dari mulutku

Kamu pergi tidak tahu waktu, di saat aku sedang susah-susahnya kamu malah pamit

Dasar manusia keras kepala, dari sudut mana lagi aku harus mengalah 

Apapun boleh kamu minta, asal jangan pergi

Temani aku sekali lagi, dan akan kuputar waktunya untuk kembali ke masa kita

Kamu masih mau kan sandaran lagi di bahuku?

Hei, pundakku masih kokoh untuk sekedar membasuh beban dan air matamu

Bahkan tangan ini sebenarnya masih nyaman untuk digenggam

Meskipun hanya sekedar menyebrang jalan, tapi aku suka bisa jadi pelindungmu walau sebentar

Hei, mungkin sekarang di sana ada bahu yang lebih kuat

Pundak yang di sana mungkin lebih kokoh untuk beban dan air matamu


Andai aku bisa bicara dengannya

Aku cuma mau bilang

"Titip orang baik ini ya, tolong jangan dimarahi

Titip bahagia untuknya ya, karena waktuku sudah selesai"

Dan kasih, sudah saatnya kamu pergi baik-baik di sana ya

Titip rasa yang tidak sempat aku dapat

Dan aku akan kembali meneruskan hidupku lagi, meski tanpa manusia baik seperti kamu

Yang pada akhirnya biarkan keterlaluan ini aku yang nikmati sendiri

Karena cinta yang keterlaluan, memang akan ada konsekuensi yang tidak sembarangan

Salah satunya ini, sudah melupakan, dan selalu berharap kembali

Selalu ingin memaksa waktu berputar mundur, bahkan sampai semuanya benar-benar hilang, aku masih sulit percaya ini nyata


Ternyata ada ya, rasa sedalam ini dan aku baru tahu

Untuk terlalu mencintai seseorang, tidak akan pernah ada ikhlas sempurna perihal kehilangan

Sejauh-jauhnya kamu pergi, namamu abadi

Menjadi luka termanis, dalam sejarah hidup yang sulit dilupakan

Selamat tinggal ya, sampai jumpa dan bertemu lagi di sesi kehidupan setelah lukanya selesai

Yang kurasa, tidak akan pernah

Enggak, dulu aku ga gini

 

Khoirul Triann



Enggak, aku yang dulu ga kayak gini

Dulu aku ga seberantakan ini

Dulu aku masih punya banyak arah tujuan

Tapi sekarang ga tahu mau ke mana


Dulu aku ga sehancur ini

Senangnya hilang ke mana?

Tawanya ditukar banyak tangis diam-diam


Aku yang dulu ke mana ya?

Aku yang banyak ketawanya itu ke mana?

Dan sekarang malah lebih sering ngetawain hal yang— harusnya kamu nangis, harusnya kamu nyerah 


Enggak, aku udah terbiasa

Jadi sekarang cuma bisa menertawakan diri

Diri yang hancur, tapi ga tahu mau gimana lagi

Toh semua butuh diselesaikan saja

Tapi maaf kalau ga bisa sempurna

Maaf kalau belum bisa jadi apa-apa

Belum bisa banggain siapa-siapa

Tapi toh semua sedang kuusahakan selesai dengan baik-baik saja


Aku yang dulu ga kayak gini 

Sekarang kendalinya hilang

Dan ke mana pun pergi, aku cuma bisa ngandelin diri sendiri

Aku cuma punya itu


Dulu aku ga selemah ini

Dulu aku berani

Tapi kayaknya sekarang energiku udah abis

Jadi orang lain mau ngambil semuanya dariku juga ga apa-apa

Toh aku cuma bisa jadi baik 'kan?

Itu aja


Dan ternyata, aku sehancur itu ya sekarang

Sekarang jadi banyak diem dan merespon apapun dengan biasa saja

Aku ga tahu nyari excited yang ngejalanin hari itu di mana

Selain semuanya pergi

Semuanya juga hambar


Dulu aku ga bisa jauh dari Tuhan

Tapi sekarang aku sejauh itu

Tuhan kecewa ga ya?

Sebab kayaknya aku udah terlalu banyak ngecewain orang 

Gagalnya lebih banyak dari berhasilnya

Sekali pun udah kerja keras

Tapi dunia lebih keras menamparku

Aku disembuhkan dengan banyak harap yang harus jadi nyata

Jadi aku cuma bisa berharap tenang

Dan menyelesaikan semuanya dengan baik


Aku ga tahu, sejauh mana dunia sudah merubahku


Dulu aku jadi teman yang asik buat orang-orang di sekitarku

Tapi sekarang kayaknya aku sudah terlalu menyebalkan ya?

Kalau benci sama diri sendiri itu boleh, mungkin aku sudah memakinya setiap hari 

Kenapa kamu bisa berubah?

Kenapa kamu bisa sejauh itu dari yang nyiptain kamu?

Dan kenapa selemah ini sih?


Entahlah, ...

Aku pun ga tahu gimana lagi caranya jadi kuat

Sebab setiap hari rasanya udah terbiasa buat pura-pura kuat 

Aku juga ga pengen jadi cengeng

Tapi semua hal menyakitkan


Aku ga mau nangis tapi semuanya sakit

Aku ga mau lemah tapi ini berat banget


Aku harus ya ternyata?

Ga ada pilihan lain lagi?


Dan untuk diri...

Maaf sebab sudah merubahmu sejauh ini

Nanti kita perbaiki satu-satu ya

Entah mulai dari mana dulu


Nampaknya semua harus dikembalikan lagi

Senang yang sudah kita tukar dengan lelah

Bahagia yang sudah kita jual dengan patah

Kita sambung lagi ya satu-satu


Kayaknya kita harus berubah

Selama ini dunia ngancurin kita habis-habisan

Jadi makin percaya 'kan?

Bahwa kita ga harus ngejar dunia


Dan sekarang kita semakin tumbuh

Kita mengarungi banyak ruang dan waktu

Tunas yang tumbuh pada kaktus dipotong dan dipisahkan dari tubuh kaktus sebelumnya

Seperti kita yang dilahirkan oleh ibu lalu dipisahkan dengannya karena kita sudah beranjak dewasa 

Menurut usia, kita sudah dewasa

Sudah saatnya mencari makan sendiri

Mencari tempat teduh sendiri

Juga mencari hidup untuk diri sendiri

Tapi menurut ibu, kita tetap anak kecilnya

Sebagian kecil dari tubuh ibu yang selalu ia rindukan

Walau bekas luka tadi akan sembuh juga pada akhirnya

Tetap tunas kaktus itu akan selalu merindukan ibunya juga

Dan sekarang, mungkin kita sedang berada di pot yang terpisah

Di sinilah sekarang kita hidup sendirian

Mencoba terus tumbuh dan bertahan dengan akar-akar yang perlahan akan muncul dan mencari sumber kehidupannya

Seperti kita yang tanpa bekal dan terus mencari tempat hidup yang layak

Pelan-pelan akan belajar dari banyaknya hal yang kita temui 

Perlahan kita akan mengerti, betapa sulitnya mencari uang dan mencari tempat tidur yang nyaman

Diri kita di masa lalu akan selalu dikenang baik oleh ibu

Ia akan selalu merindukan anaknya

Sekalipun setelah dewasa, kita sering lupa menanyakan kabar ibu


Yang salah bukan kita

Yang salah adalah waktu 

Waktu kita belum siap terbang, semesta menyuruh kita untuk terus terjun dan jatuh ke bawah 

Permasalahan selanjutnya adalah bagaimana kita harus bangkit dan kembali menaruh percaya bahwa petualangan hidup kita harus berakhir bahagia



Yogyakarta, 23 Maret 2024


Dari buku " when you feel useless "

Hiduplah sekalipun tidak ada yang menginginkanya

Maaf, bintangku terlalu redup

 

Khoirul trian



Apa kabar senjaku?

Kali ini tulisanku tentang kamu

Tentang manisnya bersama tapi tidak bersatu

Juga hal-hal indah yang selalu kita lewati berdua

Kenalin, aku ini pengagum senjamu yang paling dekat

Kamu ga tau kan, selama ini aku menyimpan rasa yang terlalu dalam untuk kamu yang terlalu tidak mungkin

Atau mungkin kamu sudah tahu

Tapi kamu sedang pura-pura tidak tahu agar aku tidak begitu sakit 

Terserah bagaimana angin membawanya saja ya


Aku ini manusia paling bodoh perihal menutupi rasa

Aku terlalu tidak ada apa-apanya untuk kamu yang memiliki segalanya


Maaf, rasa ini terlalu lancang

Tapi 'kan aku hanya manusia biasa yang tidak tahu

Kapan rasa ini akan datang dan sampai kapan rasa ini tidak terbalaskan

Semua kubiarkan liar sejadi-jadinya

Aku biarkan dia tumbuh

Tapi aku tidak ingin dia terlalu cepat berlalu


Aku ingin dibutuhkan setiap kali kamu butuh seseorang

Aku ingin dilihat setiap kali kamu ingin melihat seseorang

Aku ingin menjadi satu-satunya bintang yang kamu tatap

Tapi aku sadar, tidak ada bintang yang muncul sendirian

Jadi sepertinya aku bukan yang satu-satunya

Mungkin aku hanya satu diantaranya


Baikmu terlalu ke semua orang

Sampai-sampai semua orang bingung dan merasa teristimewakan

Itu bukan salahmu

Akunya aja yang terlalu banyak mau


Memilikimu adalah angan yang terlalu egois

Tapi melupakanmu adalah ketidakmungkinan yang terlalu aku paksakan

Rasaku ini dalam, kamu yang membuatnya semakin tidak karuan 


Sejauh ini kamu terlalu jahat kalau aku hanya dianggap teman

Nyaman seperti ini tidak wajar kalau hanya disebut teman

Semuanya ada di kamu

Terserah bagaimana baiknya saja


Yang jelas, aku tidak mungkin mulai duluan 

Karena aku tahu diri

Aku bukan siapa-siapa

Aku juga tidak layak menjadi siapa-siapa.

Kenapa mencintai harus serumit ini?

Hati selalu bilang " aku mau kamu "

Tapi logika kadang menjawab " haha jangan bodoh "


Siapa juga yang mau dengan aku yang payah ini

Mudah rapuh, mudah rindu, bahkan mudah jatuh

Contohnya kali ini

Sudah jatuh terlalu dalam 

Lalu rindu yang paling lancang

Tapi memang senjamu layak untuk dirindukan

Kamu hangat, tapi sayangnya ke semua orang

Egois gak sih kalau senjanya aku bawa pulang

Biar bisa aku tatap sendirian 

Soalnya aku sudah lelah menjadi pengagummu yang ke sekian 

Bolehkah aku menjadi pengagum terdekat dan hanya satu-satunya?


Hey...

Tidak mungkin

Lupakan ya, anggap saja aku bercanda perihal lagitmu tadi 

Maaf, bintangku terlalu redup

Karena setiap malam selalu mendung


Terima kasih ya senjanya

Kalau malam ini bintangku tidak muncul lagi

Itu tandanya malam ini akan turun hujan 

Ya...

Hujan berkepanjangan dari mata seseorang

Yaitu aku

Dari aku ruang keduamu

 

Khoirul triann



Hai, gimana kabarnya hari ini?

Adakah luka yang butuh aku sembuhkan lagi?

Tenang, kamu tidak harus merasakan tidak nyaman perihal itu

Mau kamu datang disaat kamu lagi butuh sekali pun, bukankah aku selalu ada buat kamu?

Jadi, luka mana lagi yang belum sembuh?


Setiap hari loh

Setiap hariku isinya hanya menunggu

Kira-kira kapan ya kamu bisa seutuhnya buat aku

Selama ini selalu aku yang jadi obatnya

Tanpa kamu sadari, kamu sendiri adalah penyumbang luka paling besar buatku

Setiap kali luka-lukamu kambuh

Itu aku selalu berikan seutuhnya dariku

Sebisaku, bahkan semampuku

Tanpa kamu sadari, aku sendiri sedang tidak utuh


Aku yang selalu terluka setiap kali berusaha menyembuhkanmu

Lalu saat lukamu membaik, yang kamu cari bukan aku lagi

Tapi seseorang yang menjadi sumber dari penyebab lukamu


Kadang suka heran sih

Kamu itu baik atau bodoh

Aku yang membuatmu pulih, tapi tetap saja dia yang kamu pilih

Aku juga heran dengan diriku sendiri, aku ini terlalu baik atau terlalu bodoh

Bisa-bisanya selalu ada untuk orang yang hanya menjadikanku sebagai ruang kedua


Harus aku akui mungkin aku bodoh

Bodoh karena mengharapkanmu setiap hari

Sedang kenyataan selalu menamparku bahwa sebenarnya memang bukan aku orang yang dia harapkan

Bukan aku orangnya

Dan sekali lagi, memang bukan aku orangnya


Kamu bisa mendatangiku setiap kali luka-lukamu kambuh, tapi apa aku bisa mendatangimu setiap kali aku hanya butuh teman cerita

Kamu bisa dengan bebasnya menjadikanku pelarian

Lantas, apa kamu bisa aku jadikan tujuan untuk lariku yang terlalu kencang?

Iya, mungkin lariku terlalu kencang, tapi tujuanku tidak ada


Aku yang selalu jadi tempat pulangmu, tapi kamu tidak menjadikan aku rumahmu

Lalu, sebenarnya aku ini apa?

Hanya pendengarmu yang baik?

Atau hanya penawar lukaku yang sesaat?


Jujur aku capek terus-terusan jadi obat untuk seseorang yang tidak mau sembuh dari luka yang dia buat sendiri

Sedangkan seseorang yang menjadi obat tadi, ternyata adalah orang yang sangat sedang butuh-butuhnya dirawat


Kalau lukamu bisa sembuh setiap kali datang kepadaku, lalu bagaimana dengan lukaku?

Bagaimana dengan perasaan seseorang yang hanya menjadi ruang keduamu ini?

Kamu tidak pernah paham soal ini bukan?

Karena yang kamu tahu, hanya aku yang selalu bisa kamu andalkan


Kamu bingung kan, mau lari kemana lagi saat aku nanti pergi

Iya, kamu harus tahu

Bahwa suatu saat akan ada hari dimana mungkin aku sudah terlalu lelah untuk peran ini

Dan bisa saja sewaktu-waktu aku menyerah

Memilih membiarkanmu terluka dengannya

Hingga suatu saat ketika kamu mencariku lagi, aku tengah berusaha berdamai dengan diriku sendiri karena sudah terlalu bodoh untuk tetap ada disini


Suatu saat kamu akan mengerti, bahwa ternyata memang hanya akulah yang paling mengerti dan memang hanya akulah yang paham bagaimana caranya menyembuhkanmu

Lalu saat kamu sudah paham itu

Percayalah, pelukku akan tetap dengan rasa yang sama

Peduliku tidak akan pergi, meskipun pada akhirnya aku tahu, kamu juga akan pergi

Putus sebelum jadian


_Khoirul Triann



Sebenarnya kita ini apa sih?

Aku bukan siapa-siapa buat kamu, tapi kamu selalu kasih aku peran lebih dari seorang kekasih

Kukira kita cuma teman dekat— yang tanpa harapan untuk saling melekat

Nyatanya, aku dan kamu tidak bisa terpisah


Kamu itu maunya apa sih?

Kamu kasih aku angan-angan yang tinggi tapi kamu sendiri yang nggak bisa kasih aku cara untuk sampai ke sana

Karena kalau menurut aku, untuk menjadi teman itu bukan seperti ini cara memperlakukannya

Bukankah menjadi teman tidak boleh saling jatuh cinta, bukan?

Lantas kenapa kita seperti kekasih?


Kamu memberi arti terlalu dalam untuk hidupku

Dan aku membiarkanmu masuk ke hidupku untuk lebih dalam lagi menaruh arti


Kita itu sama-sama yang bodoh

Saling tahu, tapi saling hindar

Saling percaya, tapi tidak untuk sebuah rasa


Kita terlalu dekat untuk sebuah status teman 

Tapi kita tidak mungkin jadian untuk sebuah status pacaran

Jadi kebayang 'kan gimana rasanya jadi kita?

Dengan kita yang tanpa ikatan, aku tidak berhak untuk melarangmu menyukai siapapun

Begitu pun kamu, kamu tidak berhak menyuruhku untuk pergi atau tetap tinggal di sampingmu

Seperti kataku, kita ini rasa yang bodoh


Jadi sewaktu-waktu kita pasti akan hilang

Di mana— ketika pertemuan sudah selesai, di situlah tugas kita akan berakhir

Di mana kita akan rehat atas diri kita masing-masing

Memberi waktu untuk bertanya: sebenarnya kita ini apa?

Hilang sebelum bersama

Putus sebelum jadian

Atau mungkin kamu punya kata lain untuk kita?



Kalianda, 30 Januari 2022

From me your second space

 

Khoirul Triann



Hi, how are you today?

Are there any wounds that I need to heal again?

Relax, you don't have to feel uncomfortable about it.

Even if you come whenever you need me, won't I always be there for you?

So, what other wounds haven't healed yet?


Every day, you know

Every day I just wait

I wonder when you can be completely for me

All this time, I've always been the medicine.

Without you realizing it, you yourself are the one who caused me the greatest pain.

Every time your wounds flare up

I always give it my all

As much as I can, even as much as I can

Without you realizing, I myself am not whole


I'm the one who always gets hurt every time I try to heal you

Then when your wound heals, you won't be looking for me anymore

But someone who is the source of your wounds


Sometimes I wonder

You are either good or stupid

I was the one who made you recover, but he's still the one you chose

I'm also surprised with myself, am I too good or too stupid?

How can I always be there for people who only use me as a second space?


I have to admit maybe I'm stupid

Stupid for expecting you every day

While reality always slaps me that I am actually not the person he expected.

It's not me

And once again, it's not me.


You can come to me whenever your wounds flare up, but can I come to you whenever I just need a friend to talk to?

You can freely make me an escape

So, can I make you the target for my excessive running?

Yes, maybe I ran too fast, but my goal was not there.


I am always your home, but you don't make me your home.

So, what am I really?

Just your a good listener?

Or is it just a temporary remedy for my wounds?


Honestly, I'm tired of being medicine for someone who doesn't want to recover from the wounds he caused himself.

Meanwhile, the person who became the medicine turned out to be someone who was in dire need of treatment.


If your wounds can heal every time you come to me, then what about mine?

How do you feel about someone who is just your second space?

You never understood this, did you?

Because you know, I'm the only one you can always rely on


You're confused, right? Where else are you going to run to when I'm gone?

Yes, you should know

That there will come a day when maybe I'm too tired for this role.

And I might give up at any time

Choosing to let you get hurt by him

Until one day when you look for me again, I'm trying to make peace with myself because I was too stupid to stay here.


One day you will understand that it turns out that I am the only one who understands you the most and that I am the only one who understands how to cure you.

Then when you understand that

Believe me, my hug will still have the same feeling

My care will not go away, even though in the end I know, you will go too

Tangis yang tidak butuh tenang

 Crying that doesn't need to be calmed down

_Khoirul Triann_



Of the many ways to celebrate sadness

Sometimes, there are tears that don't need to be soothed


Teach me how to live, then I will tell you which parts of my life are dead.

It's natural that I cry tonight

Because other people don't have the right to know about my problems.

Isn't everyone deaf right now, so how can I tell a story?


When everyone turns out to just be curious—not really caring, that there is a soul that needs to recover from its illness.

Struggling to win an argument with his own ego

Because in my opinion, the most unacceptable sadness is when we are disappointed with ourselves.

Almost every day I say yes to all the problems that come


Like inviting others in just to give deeper wounds.

Ruining the most important part of the house that I had worked so hard to put together neatly.

The deeper it gets, the more brazen it is until it makes a mess.


Why are humans so evil?

Why do we find disappointment more often than happiness?

I desperately studied the contents of other people's heads just to find the answer to: Why can humans have the heart to hurt other humans, aren't we all living together?

So it's not just you who wants to be happy, it's not just you who is looking for happiness. 

Go, as far as we can run

Until I may never see you again—even if


I've reached the point—where my tears no longer need to be quieted.

So let me cry my heart out

At least let me know how it feels to be truly disappointed.

Then I will memorize how it hurts

So that I understand, so that I understand, so that I don't hurt other people in the future

So I'll finish it all this time, I don't want any left.

I want it all to be over, like the end of a person who is numb.

Like a finished person 



Yogyakarta, January 05, 2023

Selasa, 15 Oktober 2024

Bajingan Aksara

 


Teruskan...

Terus kau ucapkan...

Terus lah kau lontarkan...

Bajingan ...

Hahaha ...


Celoteh kau ucapkan 

Pandai bermain aksara 

Pandai mengotak Atik karya sastra

Kau miskin dalam pengetahuan

Kau lihai mencari simpati 


Naskah kau jadikan ladang mencari jati dirimu

Naskah yang kau baca kan menjadikan mu tempat mencari ketenaran dengan naskahmu itu


Hahaha... Permainan mu sungguh hebat seperti kancil pencuri tanaman

Bajingan...

Bangsat...


Permainan mu sungguh kotor 

Hai bung...

Harga dirimu hanya sebatas telapak kaki

BE...DE...BAH...

Kau mengatas namakan naskah orang lain adalah naskahmu 


Benar-benar lihai taktikmu itu

Kau pantas dipanggil 

Pemerkosa diksi


Pena Yani's

Batam,19 September 2020

Amplifikasi Konspirasi: Nada-Nada Korupsi

   Karya : Selena Di negeri ini, bayangan kelam membentang, Di balik senyuman, ada air mata yang tenggelam. Korupsi merajalela, ibarat hantu...